Di zaman modern yang didominasi grafis 3D ultra realistis dan game dengan sinematik penuh ledakan, hadir sebuah game yang tampil beda dan justru mencuri hati para gamer dari berbagai generasi: Cuphead. Game ini bukan hanya tentang gameplay yang sulit, tapi juga soal gaya seni unik, nostalgia animasi klasik, dan desain bos yang kreatif abis.
Sebagai editor hokijp168, sangat tertarik dengan bagaimana Cuphead berhasil memadukan dua hal yang kelihatannya bertolak belakang: visual kartun lawas yang lucu, dengan gameplay run-and-gun yang super menantang dan tanpa ampun. Game ini jadi bukti bahwa keindahan bisa datang dari rasa frustrasi—dan itu justru bikin kita pengen terus coba lagi dan lagi.
Kalau kamu suka game dengan tantangan tinggi, desain artistik yang mengagumkan, dan atmosfer klasik yang segar, maka Cuphead adalah salah satu game wajib main. Yuk kita bahas lebih dalam apa yang bikin game ini begitu ikonik!
Cerita Singkat: Perjanjian dengan Iblis yang Salah Jalan
Kisah Cuphead dimulai dengan sederhana—bahkan terkesan seperti dongeng kartun era 1930-an. Cuphead dan saudaranya, Mugman, tinggal di Pulau Inkwell yang damai. Tapi karena sifat ceroboh dan penasaran, mereka masuk ke Casino milik Devil (Iblis) dan terlibat dalam perjudian yang berujung pada taruhan nyawa.
Ketika mereka hampir kehilangan jiwa mereka, Devil memberi satu kesempatan: kumpulkan soul contract dari para debitor (makhluk yang sudah menjual jiwanya), dan sebagai gantinya, jiwa Cuphead dan Mugman akan diselamatkan.
Di sinilah petualangan dimulai: menjelajahi pulau demi pulau, mengalahkan para debitor dalam bentuk bos-bos unik, dan membawa kontrak jiwa kembali ke Devil. Terdengar ringan, tapi eksekusinya? Siap-siap frustasi (dalam artian positif).
Gaya Visual: Animasi Klasik yang Hidup Kembali
Yang paling mencolok dari Cuphead tentu adalah gaya visualnya yang 100% terinspirasi dari animasi era 1930-an, terutama kartun-kartun milik Fleischer Studios dan Disney zaman dulu. Tapi ini bukan sekadar homage. Setiap frame di Cuphead digambar tangan, setiap animasi dicat secara manual, dan musik jazz orisinal dimainkan oleh orkestra hidup.
Efeknya? Cuphead terasa seperti menonton kartun klasik interaktif, dengan fluiditas dan pesona visual yang sangat langka di dunia game modern.
Beberapa ciri khas visualnya meliputi:
- Efek grain film lama
- Warna yang tampak pudar dan berdebu
- Animasi ekspresif dan hiperaktif dari musuh
- Desain karakter yang “karet” (rubber hose animation)
- Background yang dilukis tangan
Detail ini bukan hanya estetika—ia jadi identitas kuat yang langsung dikenali, bahkan bagi mereka yang belum pernah main.
Gameplay: Run-and-Gun dengan Pola Bos Super Kompleks
Secara mekanik, Cuphead adalah game run-and-gun ala Contra atau Metal Slug, tapi lebih banyak fokus pada pertarungan boss. Bahkan sekitar 80% dari game ini adalah boss battle, dan sisanya adalah level-platformer pendek yang disebut Run & Gun Stage untuk farming koin.
Kamu akan:
- Menghindar, menembak, dash, parry, dan mengisi EX attack
- Belajar pola serangan musuh
- Menentukan loadout terbaik (senjata, charm, dan super)
- Gagal berkali-kali… dan tetap mencoba lagi
Meskipun boss-nya tidak banyak (sekitar 20+), masing-masing sangat unik, punya beberapa fase, dan visualnya berubah seiring kerusakan. Bayangkan kamu melawan tanaman raksasa yang berubah jadi karnivora, burung yang menyerang dari sarang, atau penyihir yang bisa berubah jadi bulan—semuanya bisa terjadi di Cuphead.
Yang bikin seru (dan frustasi), kamu tidak bisa menyimpan progress di tengah pertarungan. Jadi sekali kalah, ulang dari awal fase. Tapi jangan salah, dari situ juga muncul rasa puas luar biasa saat akhirnya menang.
Sistem Upgrade dan Loadout
Cuphead memang terlihat simpel, tapi ada strategi dalam memilih perlengkapan:
- Senjata utama (Shot A & B): seperti Peashooter, Spread, Charge, Lobber, dll. Masing-masing punya kelebihan untuk situasi tertentu.
- Charm: semacam passive ability—Smoke Bomb (dash tak terlihat), Extra Heart, Coffee (EX meter otomatis naik), dan lainnya.
- Super Art: skill ultimate yang dibuka lewat misi “Mausoleum”.
Semua bisa dibeli dengan coin yang kamu kumpulkan di Run & Gun Stage, dan kamu bebas bereksperimen untuk menentukan build yang cocok di tiap boss.
Kombinasi ini membuat gameplay terasa segar karena kamu bisa melawan boss yang sama dengan strategi berbeda.
Musik: Jazz Enerjik yang Membakar Semangat
Salah satu elemen paling penting di Cuphead adalah musiknya. Lagu-lagu jazz yang dimainkan dengan orkestra langsung, penuh dengan energi, sinkron dengan aksi di layar, dan berubah sesuai fase boss.
Komposer Kristofer Maddigan menciptakan soundtrack yang tidak hanya menghibur, tapi juga mendorong pemain untuk tetap semangat meskipun kalah berkali-kali. Lagu seperti “Floral Fury”, “Die House”, atau “Botanic Panic” jadi ikon tersendiri di kalangan gamer dan musisi game.
Musiknya adalah bukti bahwa Cuphead tidak sekadar sulit—ia dirancang untuk dinikmati dengan irama.
The Delicious Last Course: Ekspansi yang Manis dan Gila
Pada 2022, Studio MDHR merilis DLC “The Delicious Last Course”, yang menambahkan karakter baru Ms. Chalice, area baru Isle IV, dan beberapa boss yang luar biasa kreatif dan sulit.
Fitur baru yang dibawa:
- Ms. Chalice: karakter dengan skill unik (double jump, dash parry, invincibility roll)
- Senjata dan charm baru
- Boss-boss dengan desain visual dan mekanik super liar—ada yang bikin kamu berubah jadi pion catur atau bahkan dibalik ke dunia lain
DLC ini tidak terasa seperti tambahan biasa. Justru banyak yang bilang beberapa boss di sini adalah yang paling keren dan menantang di seluruh game.
Mode Co-op: Tertawa dan Menangis Bareng Teman
Satu hal yang bikin Cuphead makin seru (dan chaos) adalah mode co-op lokal. Kamu dan temanmu bisa main sebagai Cuphead dan Mugman, bertarung bersama dalam setiap stage.
Tapi jangan salah, ini bukan berarti jadi lebih mudah. Justru dengan dua pemain, musuh jadi lebih agresif, serangan jadi lebih kacau, dan koordinasi jadi kunci. Bisa jadi sangat seru, bisa juga bikin adu argumen kalau salah satu sering “mati duluan.”
Meski belum ada online co-op (kecuali lewat Steam Remote Play atau mod), pengalaman lokal co-op-nya tetap luar biasa fun.
Kekuatan Komunitas dan Budaya Pop
Cuphead sudah melampaui batas sebagai game. Ia telah jadi ikon budaya pop lewat:
- Serial animasi Netflix “The Cuphead Show”
- Merchandise resmi seperti kaus, figur, dan poster
- Cover musik jazz dan remix EDM dari fans
- Fan art dan speedrun komunitas
- Bahkan jadi karakter tamu di game lain seperti Fall Guys
Game ini juga sering dijadikan benchmark oleh gamer YouTube dan streamer, karena tingkat kesulitannya yang bisa bikin reaksi lucu atau epik.
Cocok untuk Siapa?
✅ Cocok untuk:
- Pecinta game platformer dan boss rush
- Gamer yang suka tantangan dan belajar dari kegagalan
- Fans animasi klasik dan seni kartun lawas
- Penikmat game dengan musik dan atmosfer yang khas
❌ Kurang cocok jika:
- Kamu mudah frustrasi atau nggak suka mengulang
- Suka game yang santai dan progress cepat
- Tidak nyaman dengan konsep belajar lewat trial & error
Kesimpulan: Game yang Klasik, Sulit, Tapi Tak Terlupakan
Cuphead adalah bukti bahwa kreativitas tidak harus hadir dalam bentuk besar atau bombastis. Dengan tim kecil, Studio MDHR berhasil menciptakan pengalaman yang unik, menantang, dan sangat memorable. Ini adalah game yang menyambutmu dengan senyuman kartun, lalu menamparmu dengan bos yang sulit, dan akhirnya memelukmu lagi dengan kemenangan yang manis.
Visual yang cantik, musik yang adiktif, dan gameplay yang solid membuat Cuphead tak cuma jadi game—tapi juga karya seni yang bergerak. Kalau kamu ingin pengalaman bermain yang benar-benar beda, yang bikin kamu teriak frustrasi tapi tetap tersenyum dan mengulang lagi, maka Cuphead adalah secangkir neraka yang patut kamu nikmati.
Jadi, siap meneguk cangkir penuh tantangan ini?